1. Tema
Tema dalam novel
ini yaitu, cinta tanah air dan pengorbanan seorang ayah “Pengalaman menonton
sepak bola di negeri orang memberiku penghayatan yang lebih dalam tentang arti
mencintai PSSI dan makna mencintai tanah air. Berada di antara masyarakat yang
asing, dan jauh dari kampung sendiri menyadarkanku bahwa indonesia, bangsaku,
bagaimanapun keadaannya adalah tanah mutiara dimana aku dilahirkan.”
2. Alur/ Plot
Alur dalam novel ini yaitu, flashback
atau mundur ”Semua hal yang pernah kuingat tentang ayahku adalah biasa saja.
Sangat biasa. Ingatan pertama tentang ayah tampak seperti gambar yang samar
yaitu pada suatu malam aku duduk di tengah sebuah ruangan dengan yang belakang
hari nanti mereka adalah Trapani si pemalu dan Mahar si bergajul..”
a. Penyituasian : “Telah kutemukan dalam buku sejarah
bahwa timah berlimpah di pulau kami –Belitong— membuat belanda bernafsu
mengeruk sebanyak-banyaknya. Berebut sesama kolonial menambah ambisi sebanyak-
banyaknya itu dengan secepat- cepatnya. Dalam putaran kerakusan nan dahsyat itu
anak- anak lelaki melayu dibawah umur diseret ke parir-parit tambang untuk
kerja rodi.”
b. Konflik : “Pelatih amin, ayahmu dan
abang-abangnya diangkut ke tangsi mereka dikurung selama seminggu. Ayahmu
pulang dengan tempurung kaki kiri yang hancur, dia tak kan bisa main sepak bola
lagi, usianya baru 17 tahun
c. Peningkatan Konflik : “Namun sampai sejumlah pemain yang diperlukan terpenuhi aku tak mendengar
namaku.” “Aku terkulai lemas di tempat duduk, aku telah gagal, gagal menjadi
pemain junior PSSI, padahal tinggal selangkah lagi.”
d. Klimaks : “...aku telah
gagal menggantikan posisi sayap kiri di PSSI, kini harus gagal pula
membelikannya kaos pemain sepak bola kesayangannya.”
e. Penyesuaian : “Dia tersenyum,
senyumnya riang. Aku melangkah ingin meninggalkan tempat itu. Adriana
menunjukkan jarinya seakan memintaku menunggu. Dia kembali ke meja kasir lalu
menunduk untuk mengambil sesuatu dari laci meja, dia tegak lagi dan memiringkan
kepalanya dua kali tanda agar aku mendekat. Aku merasa heran kudekati dia.
Ditangannya kulihat sebuah kaos, kaos luis figo bertanda tangan asli itu !.”, “Esoknya aku
mengirimkan kaos luis figo itu untuk ayah.”
3.
Tokoh
dan Penokohan
a. Ikal (Aku),
penuh semangat, kerja keras dalam menggapai impian “...aku makin gemar main
sepak bola dan tak ada hal lain dalam kepalaku selain ingin menjadi pemain PSSI
! untuk menggantikan posisi Ayah yang telah dirampas belanda. Aku harus menjadi
pemain PSSI ! apapun yang terjadi.”
b. Mahar, pekerja
keras, rajin “Maka kawan, sejak itu aku dan mahar menjunjung kue lebih banyak
dan berjualan keliling kampung lebih rajin demi membeli sepatu sepak bola.”
c. Trapani,
Pemalu
d. Ayah ikal,
pendiam, suka memotivasi anaknya “Jika berpergian bersamanya, mulutku
berkicau-kicau dan bertanya ini itu ayah hanya diam atau sesekali tersenyum.”
e. Pemburu Tua,
mudah terharu, baik “Pemburu sangat senang, namun matanya berkaca-kaca.”
f. Pelatih Amin,
cerdik dalam menyusun strategi “Pelatih amin merancang si saudara sulung tak
sekedar sebagai pemain gelandang, namun lebih sebagai libero, play maker, yang
dengan umpan- umpan panjangnya membagi bola untuk adik-adiknya disayap kanan
dan kiri.”
g. Pelatih Toharun,
keras, suka memberi semangat “Lupakanlah kekalahan ini, kita berlatih lagi,
nanti kita menang, ya Boi.” Katanya sambil mengelus-elus punggung kami, bahkan
membuka tali sepatu bola kami. “Kalau kalah lagi ! awas ! mau kalian kemanakan
mukaku ini !”
h. Asisten Pelatih Toharun,
pernah sakit jiwa “Asisten nya yang pernah sakit jiwa itu berlari kesana kemari
macam orang mengejar layangan putus.”
i. Ibu,
penjaga rahasia, keras “Ibu serta merta merebutnya dariku sambil melontarkan
peringatan agar jangan sesekali- kali lagi aku bermain-main dengan album itu,
yang kemudian dipindahkan ibu dari yang tadinya di bawah dipan sekarang entah
dimana.”
j.
Adriana, baik, mudah bergaul “Adriana menawarkan sesuatu yang rasanya
berterimakasih padanya berulang-ulang pun masih tak cukup. Yaitu, sebentar lagi
Real Madrid akan bertanding melawan valencia dan tiket hampir tidak mungkin di
dapat karena hanya diprioritaskan untuk member. Adriana adalah member istimewa
yang punya akses pada tiket itu.”
k.
Nyonya Vargas, baik hati “kalau kurang
beruntung di sana, kembali lagi kesini.”
4.
Latar
a. Latar tempat
§
Spanyol
:“...kami sampai di spanyol
dan harus berpisah arah untuk sementara. Arai meminta alhumbra dan aku harus ke
Madrid.”
§
Prancis
: “Usai SMA aku merantau dan
terakhir kudapati diriku berada di dalam sebuah kelas di Universitas Sorbonme
Prancis.”
§
Belitong
: “Telah kutemukan dalam buku
sejarah bahwa timah berlimpah di pulau kami belitong...”
§
Estadio Santiago Bernabeu
: “Sudah siapkah kau untuk
sebuah pemandangan yang spektakuler, kawan? Katanya sambil tak berhenti
tersenyum lalu kami bersorak-sorak memasuki estadio santiago bernabeu.”
b. Latar waktu
Masa kecil ikal “Nah, kawan itulah ayahku, dan
umurku mungkin tiga atau empat tahun waktu itu.”
c. Latar sosial
“Mereka
menggulung lengan baju memperlihatkan bekas luka tembak atau dicambuk belanda,
disebuah tempat penyiksaan yang kiranya sangat mengerikan yang disebut tangsi.”
5.
Sudut
Pandang
Aku sebagai tokoh utama “Maka kawan, jika kau
tanyakan soal sepak bola padaku pasti aku akan melamun sejenak, karena aku
punya kisah cinta dengan sepak bola, semacam cinta pertama kurang lebih.”
6.
Gaya
Bahasa
· Asosiasi
Ø
Mereka
diperlakukan penjajah bak kuda beban.
Ø Van Holden menyaksikan sendiri bahwa anak-anak muda itu melesat
bak bintang kejora di mata rakyat.
Ø Kadang kala ia bak lapisan-lapisan dan aku disuruhnya membongkar
lapisan-lapisan itu.
Ø Namun, sepak bola bak angkasa raya yang senantiasa berpijar melahirkan
bintang-bintang baru.
Ø Santiago Bernabeu jauh lebih besar dari yang kubayangkan. Sebuah
bangunan bak benteng.
Ø Pertandingan bola bak konser, dengan pemain sebagai musisi dan
para penonton sebagai backing vocal.
· Personifikasi
Ø Bola menjadi sangat liar
· Sinekdhoke
Ø Orang jajahan bertanding sesame orang jajahan, atau Belanda
melawan orang jajahan.
Ø “Indonesia! Indonesia! Indonesia!” meniru gaya Ayah dulu ketika
mencetak gol mengalahakan Belanda.
· Sinisme
Ø Seorang pelatih provinsi berpendapat bahwa jika berlari di sayap
kiri itu aku macam orang keberatan pantat.
· Repetisi
Ø Aku telah melihat orang-orang seperti Ayah ketika mereka baru
bekerja, ketika sedang bekerja, dan ketika mereka pensiun.
Ø Yang berlari sederas menjangan, yang mampu melewati tiga pemain
belakang lalu menendang bola sekuat kanon dengan kaki kirinya.
Ø Sering kami bertatapan, diam dan lama, saling menyelidiki, saling
membayangkan, saling mengandaikan, dan saling tertarik.
· Hiperbola
Ø Kami meluncur dengan deras.
Ø Larinya sederas menjangan.
Ø Dadaku mau meledak mendengar kisah Ayah dan kedua abangnya di
lapangan hijau.
Ø “Indonesia! Indonesia!” disambut gemuruh sorak ribuan penonton.
Ø Lalu berdentum satu tembakan kanon di atas kepala penjaga gawang
yang gemetar. Perasaanku melambung-lambung
Ø Kutendang bola dengan kaki kiriku, sedahsyat meriam, sambil
jumpalitan, gol!
7.
Amanat
a.
Teruslah berjuang dengan semangat dan kerja keras dalam mencapai cita-cita atau
impian.
b.
Jadikan pengalaman masa lalu sebagai motivasi diri untuk berusaha lebih baik
kedepannya. “Pelatih toharun mendadar tim junior tanpa ampun sampai kami
muntah-muntah. Namun, kisah Ayah memberiku tenaga lebih sehingga aku tak pernah
merasa lelah, bahkan meminta latihan yang lebih keras.” “Aku bahkan berlatih
sendiri di luar jadwal pelatih toharun. Usai sholat subuh aku berlari keliling
kampung.”
Kesimpulan
Novel “Sebelas Patriot” karya Andrea Hirata
Menceritakan
tentang perjuangan orang indonesia khususnya masyarakat bangka belitong melawan kolonial penjajahan belanda
melalui berbagai cara terutama dalam hal sepak bola. Novel tersebut juga
menceritakan tentang perjuangan tokoh Ikal yang ingin menjadi pemain tim
nasional indonesia atau pemain PSSI, yang pada akhirnya gagal menjadi pemain
PSSI. Dari novel tersebut dapat ditemukan unsur-unsur intrinsik, yaitu tema,
alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat,
sehingga dapat mempermudah pembaca untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung
dalam novel tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar