20 September 2014

UNSUR UNSUR INTRINSIK DALAM NOVEL SEBELAS PATRIOT



1.  Tema
Tema dalam novel ini yaitu, cinta tanah air dan pengorbanan seorang ayah “Pengalaman menonton sepak bola di negeri orang memberiku penghayatan yang lebih dalam tentang arti mencintai PSSI dan makna mencintai tanah air. Berada di antara masyarakat yang asing, dan jauh dari kampung sendiri menyadarkanku bahwa indonesia, bangsaku, bagaimanapun keadaannya adalah tanah mutiara dimana aku dilahirkan.”
2.  Alur/ Plot
Alur dalam novel ini yaitu, flashback atau mundur ”Semua hal yang pernah kuingat tentang ayahku adalah biasa saja. Sangat biasa. Ingatan pertama tentang ayah tampak seperti gambar yang samar yaitu pada suatu malam aku duduk di tengah sebuah ruangan dengan yang belakang hari nanti mereka adalah Trapani si pemalu dan Mahar si bergajul..”
a. Penyituasian : “Telah kutemukan dalam buku sejarah bahwa timah berlimpah di pulau kami –Belitong— membuat belanda bernafsu mengeruk sebanyak-banyaknya. Berebut sesama kolonial menambah ambisi sebanyak- banyaknya itu dengan secepat- cepatnya. Dalam putaran kerakusan nan dahsyat itu anak- anak lelaki melayu dibawah umur diseret ke parir-parit tambang untuk kerja rodi.”
b. Konflik : “Pelatih amin, ayahmu dan abang-abangnya diangkut ke tangsi mereka dikurung selama seminggu. Ayahmu pulang dengan tempurung kaki kiri yang hancur, dia tak kan bisa main sepak bola lagi, usianya baru 17 tahun
c. Peningkatan Konflik : “Namun sampai sejumlah pemain yang diperlukan terpenuhi aku tak mendengar namaku.” “Aku terkulai lemas di tempat duduk, aku telah gagal, gagal menjadi pemain junior PSSI, padahal tinggal selangkah lagi.”
d. Klimaks : “...aku telah gagal menggantikan posisi sayap kiri di PSSI, kini harus gagal pula membelikannya kaos pemain sepak bola kesayangannya.”
e. Penyesuaian : “Dia tersenyum, senyumnya riang. Aku melangkah ingin meninggalkan tempat itu. Adriana menunjukkan jarinya seakan memintaku menunggu. Dia kembali ke meja kasir lalu menunduk untuk mengambil sesuatu dari laci meja, dia tegak lagi dan memiringkan kepalanya dua kali tanda agar aku mendekat. Aku merasa heran kudekati dia. Ditangannya kulihat sebuah kaos, kaos luis figo bertanda tangan asli itu !.”, “Esoknya aku mengirimkan kaos luis figo itu untuk ayah.”

3.     Tokoh dan Penokohan
a. Ikal (Aku), penuh semangat, kerja keras dalam menggapai impian “...aku makin gemar main sepak bola dan tak ada hal lain dalam kepalaku selain ingin menjadi pemain PSSI ! untuk menggantikan posisi Ayah yang telah dirampas belanda. Aku harus menjadi pemain PSSI ! apapun yang terjadi.”
b. Mahar, pekerja keras, rajin “Maka kawan, sejak itu aku dan mahar menjunjung kue lebih banyak dan berjualan keliling kampung lebih rajin demi membeli sepatu sepak bola.”
c. Trapani, Pemalu
d. Ayah ikal, pendiam, suka memotivasi anaknya “Jika berpergian bersamanya, mulutku berkicau-kicau dan bertanya ini itu ayah hanya diam atau sesekali tersenyum.”
e. Pemburu Tua, mudah terharu, baik “Pemburu sangat senang, namun matanya berkaca-kaca.”
 f. Pelatih Amin, cerdik dalam menyusun strategi “Pelatih amin merancang si saudara sulung tak sekedar sebagai pemain gelandang, namun lebih sebagai libero, play maker, yang dengan umpan- umpan panjangnya membagi bola untuk adik-adiknya disayap kanan dan kiri.”
g. Pelatih Toharun, keras, suka memberi semangat “Lupakanlah kekalahan ini, kita berlatih lagi, nanti kita menang, ya Boi.” Katanya sambil mengelus-elus punggung kami, bahkan membuka tali sepatu bola kami. “Kalau kalah lagi ! awas ! mau kalian kemanakan mukaku ini !”
h. Asisten Pelatih Toharun, pernah sakit jiwa “Asisten nya yang pernah sakit jiwa itu berlari kesana kemari macam orang mengejar layangan putus.”
i. Ibu, penjaga rahasia, keras “Ibu serta merta merebutnya dariku sambil melontarkan peringatan agar jangan sesekali- kali lagi aku bermain-main dengan album itu, yang kemudian dipindahkan ibu dari yang tadinya di bawah dipan sekarang entah dimana.”
 j. Adriana, baik, mudah bergaul “Adriana menawarkan sesuatu yang rasanya berterimakasih padanya berulang-ulang pun masih tak cukup. Yaitu, sebentar lagi Real Madrid akan bertanding melawan valencia dan tiket hampir tidak mungkin di dapat karena hanya diprioritaskan untuk member. Adriana adalah member istimewa yang punya akses pada tiket itu.”
k. Nyonya Vargas, baik hati “kalau kurang beruntung di sana, kembali lagi kesini.”

4.     Latar
a.    Latar tempat
§  Spanyol :“...kami sampai di spanyol dan harus berpisah arah untuk sementara. Arai meminta alhumbra dan aku harus ke Madrid.”
§  Prancis : “Usai SMA aku merantau dan terakhir kudapati diriku berada di dalam sebuah kelas di Universitas Sorbonme Prancis.”
§  Belitong : “Telah kutemukan dalam buku sejarah bahwa timah berlimpah di pulau kami belitong...”
§  Estadio Santiago Bernabeu : “Sudah siapkah kau untuk sebuah pemandangan yang spektakuler, kawan? Katanya sambil tak berhenti tersenyum lalu kami bersorak-sorak memasuki estadio santiago bernabeu.”
b.    Latar waktu
Masa kecil ikal “Nah, kawan itulah ayahku, dan umurku mungkin tiga atau empat tahun waktu itu.”
c.     Latar sosial
 “Mereka menggulung lengan baju memperlihatkan bekas luka tembak atau dicambuk belanda, disebuah tempat penyiksaan yang kiranya sangat mengerikan yang disebut tangsi.”

5.     Sudut Pandang
Aku sebagai tokoh utama “Maka kawan, jika kau tanyakan soal sepak bola padaku pasti aku akan melamun sejenak, karena aku punya kisah cinta dengan sepak bola, semacam cinta pertama kurang lebih.”

6.     Gaya Bahasa
·      Asosiasi
Ø Mereka diperlakukan penjajah bak kuda beban.
Ø Van Holden menyaksikan sendiri bahwa anak-anak muda itu melesat bak bintang kejora di mata rakyat.
Ø Kadang kala ia bak lapisan-lapisan dan aku disuruhnya membongkar lapisan-lapisan itu.
Ø Namun, sepak bola bak angkasa raya yang senantiasa berpijar melahirkan bintang-bintang baru.
Ø Santiago Bernabeu jauh lebih besar dari yang kubayangkan. Sebuah bangunan bak benteng.
Ø Pertandingan bola bak konser, dengan pemain sebagai musisi dan para penonton sebagai backing vocal.
·      Personifikasi
Ø Bola menjadi sangat liar
·      Sinekdhoke
Ø Orang jajahan bertanding sesame orang jajahan, atau Belanda melawan orang jajahan.
Ø “Indonesia! Indonesia! Indonesia!” meniru gaya Ayah dulu ketika mencetak gol mengalahakan Belanda.
·      Sinisme
Ø Seorang pelatih provinsi berpendapat bahwa jika berlari di sayap kiri itu aku macam orang keberatan pantat.
·      Repetisi
Ø Aku telah melihat orang-orang seperti Ayah ketika mereka baru bekerja, ketika sedang bekerja, dan ketika mereka pensiun.
Ø Yang berlari sederas menjangan, yang mampu melewati tiga pemain belakang lalu menendang bola sekuat kanon dengan kaki kirinya.
Ø Sering kami bertatapan, diam dan lama, saling menyelidiki, saling membayangkan, saling mengandaikan, dan saling tertarik.
·      Hiperbola
Ø Kami meluncur dengan deras.
Ø Larinya sederas menjangan.
Ø Dadaku mau meledak mendengar kisah Ayah dan kedua abangnya di lapangan hijau.
Ø “Indonesia! Indonesia!” disambut gemuruh sorak ribuan penonton.
Ø Lalu berdentum satu tembakan kanon di atas kepala penjaga gawang yang gemetar. Perasaanku melambung-lambung
Ø Kutendang bola dengan kaki kiriku, sedahsyat meriam, sambil jumpalitan, gol!


7.     Amanat
a. Teruslah berjuang dengan semangat dan kerja keras dalam mencapai cita-cita atau impian.
b. Jadikan pengalaman masa lalu sebagai motivasi diri untuk berusaha lebih baik kedepannya. “Pelatih toharun mendadar tim junior tanpa ampun sampai kami muntah-muntah. Namun, kisah Ayah memberiku tenaga lebih sehingga aku tak pernah merasa lelah, bahkan meminta latihan yang lebih keras.” “Aku bahkan berlatih sendiri di luar jadwal pelatih toharun. Usai sholat subuh aku berlari keliling kampung.”










Kesimpulan Novel “Sebelas Patriot” karya Andrea Hirata

Menceritakan tentang perjuangan orang indonesia khususnya masyarakat bangka belitong melawan kolonial penjajahan belanda melalui berbagai cara terutama dalam hal sepak bola. Novel tersebut juga menceritakan tentang perjuangan tokoh Ikal yang ingin menjadi pemain tim nasional indonesia atau pemain PSSI, yang pada akhirnya gagal menjadi pemain PSSI. Dari novel tersebut dapat ditemukan unsur-unsur intrinsik, yaitu tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat, sehingga dapat mempermudah pembaca untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam novel tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar