29 November 2012

Legend Hoplites Sparta / Petarung Perkasa


Orang Sparta bukanlah
pembuat tembikar, mereka
juga bukan seniman - mereka
tidak melakukan apa pun
selain bertempur. Ketika
seorang anak lelaki Sparta menginjak usia delapan
tahun, dia dilatih hanya
untuk melakukan satu hal,
yaitu membunuh musuhnya. ” —Barry Jacobsen, ahli sejarah Sparta.

Bangsa Sparta adalah adalah
kelompok orang Yunani yang
tinggal di negara kota
Sparta. Pasukan Sparta
terkenal sebagai salah satu
pasukan tempur terhebat di Yunani kuno. Sparta menjadi besar karena
sistem hukumnya yang unik,
dibuat oleh pembuat hukum
yang terkenal bernama
Lykurgos. Dia membagi tanah
di antara orang Sparta, membuat 10.000 bagian lahan,
ini berarti pada masa awalnya,
Sparta memiliki 10.000 tentara
dalam pasukannya.
Hukumnya membuat Sparta
berjaya sejak tahun 750-an SM hingga 450-an SM ketika
hukumnya ditaati secara
ketat.

Setiap aspek dalam
masyarakat Sparta diarahkan
untuk membentuk tentara
yang sempurna. Setiap bayi
yang lahir akan diperiksa,
dan jika menampakkan kekurangan, kelainan, atau
penyakit, maka sang bayi akan
langsung dibuang. Dalam
masa pertumbuhannya, para
lelaki Sparta menjalani
pelatihan yang amat keras dan brutal, disebut Agoge, yang
bahkan dipercaya sebagai
pelatihan terkeras yang
pernah dilakukan. Akibat
pelatihan keras itu, ketika
dewasa, para lelaki Sparta menjadi para prajurit yang
sangat tangguh. Bahkan para
wanita Sparta juga
diharuskan untuk melatih
kemampuan fisik mereka, baik
untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi proses
melahirkan maupun untuk
bertugas sebagai garis
pertahanan terakhir di Sparta
dalam menghadapi invasi
musuh.

Anak lelaki menjalani Agoge
sejak usia 7 tahun. Pada usia
18 tahun, mereka bertugas
melatih para anak baru yang
memasuki Agoge. Mereka
dimasukkan ke dalam pasukan Sparta pada usia 20
tahun dan diharuskan tinggal
di barak. Ketika berusia 30
tahun, mereka diizinkan
tinggal di rumahnya sendiri.
Pada usia 60 tahun, mereka diperbolehkan pensiun dan
menjadi pasukan cadangan
yang potensial. Sulit untuk menjadi warga
negara Sparta. Untuk dapat
menjadi warga Sparta,
seorang lelaki harus memiliki
kedua orang tua yang juga
merupakan warga Sparta, meskipun ada pula
pengecualian untuk peraturan
ini. Selain itu, persyaratan
lainnya adalah harus
menyelesaikan Agoge. Setelah
itu, seorang pria Sparta dapat memasuki Syssitia, yang
merupakan kelompok yang
terdiri atas 20 pria Sparta.
Untuk dapat masuk, seorang
pria harus memperoleh
persetujuan dari semua anggota Syssitia. Pernyataan
tidak setuju, meskipun hanya
dari satu orang anggota saja,
dapat mencegah seseorang
masuk dan dengan demikian
mencegahnya menjadi warga Sparta. Setelah berhasil
masuk, para anggotanya
diharuskan memberikan
sejumlah hasil panen dari
tanahnya ke Syssitia untuk
makan. Jika tidak dilakukan, maka status warga negaranya
dapat dicabut. Tanah biasanya
diwariskan kepada anak
pertama, sehingga anak
selanjutnya biasanya tidak
dapat menjadi warga negara.

Pasukan Sparta diatur
menjadi sejumlah resimen
yang disebut Mora, yang
berisi sekitar 600 tentara.
Masing-masing Mora memiliki
emblem tersendiri yang unik pada perisainya. Salah satu
simbol yang terkenal dipakai
oleh pasukan Sparta pada
perisainya adalah simbol
Lambda (Λ). Pasukan Sparta memakan
sedikit kaldu sehingga
mereka bisa melatih tubuh
mereka untuk bertahan hidup
dengan sedikit makanan, yang
juga berarti bahwa pasukan hanya membutuhkan sedikit
sumber daya. Hoplites merupakan unit
infanteri berat di Yunani
kuno, dan di Sparta, semua
warga negara prianya
bertempur sebagai Hoplites.

Perlindungan

Sebagian tentara Sparta
memakai zirah yang disebut
linothorax, yang dibuat dari
kain linen dan kulit.
Sebagian lainnya mengenakan
zirah yang lebih kuat, namun lebih mahal dan berat, yang
dibuat dari perunggu,
biasanya bagian depannya
dibentuk menjadi mirip otot
dada dan perut pria yang
ideal, sehingga zirah ini disebut kuiras otot. Semua
tentara Sparta memakai helm
perunggu yang disebut helm
Korinthos. Helm ini menutupi
sebagian besar kepala dengan
hanya menyisakan bukaan pada bagian mata dan bagian
tengah mulut. Helm ini juga
melindungi bagian belakang
leher. Di bagian atasnya,
dipasangi bulu-bulu untuk
menakuti musuh. Karena bentuknya yang menutupi
kepala, helm ini memberikan
perlindungan yang besar
namun sangat mengurangi
tingkat penglihatan dan
pendengaran dalam pertempuran. Pelindung
lainnya yang dipakai oleh
pasukan Sparta adalah grev
atau pelindung kaki, yaitu
sepasang lempengan perunggu
untuk menutupi betis dan lutut. Pasukan Sparta membawa
perisai bundar besar yang
disebut Aspis atau Hoplon.
Perisai ini dibuat dari
beberapa lapis kayu yang
dilapisi perunggu, dengan lapisan kulit di antara kedua
bahan tersebut untuk
menyerap tekanan. Aspis
dilengkapi penahan lengan
pada bagian tengahnya dan
tali pegangan pada bagian ujung kanannya. Bagian
luarnya biasanya dihiasi oleh
beragam simbol dan gambar.
Aspis merupakan alat
serbaguna. Karena ukurannya
yang besar, Aspis sangat efektif untuk melindungi
badan dari serangan senjata
musuh. Selain itu, karena
beratnya, Aspis juga dapat
digunakan sebagai senjata
yang cukup efektif untuk menghantam musuh. Aspis
dapat pula digunakan untuk
mengangkut mayat prajurit
yang telah gugur, sehingga
muncul suatu pepatah di
Sparta, yaitu "Pulanglah dengan membawa perisaimu
atau dengan berada di
atasnya". Kalimat ini biasanya
diucapkan oleh para istri
yang akan ditinggalkan
suaminya ke medan perang.

Persenjataan

Berikut ini adalah
persenjataan yang dibawa
oleh Hoplites Sparta:

#Dory: Tombak Yunani dengan
gagang kayu sepanjang 2,4
meter yang merupakan senjata
utama pasukan Sparta. Pada
ujung depannya, terdapat
bilah tajam dari logam (Aikhme), dan pada bagian
belakangnya terdapat duri
logam tajam (Sauroter). Duri
belakang itu berguna sebagai
penyeimbang sekaligus sebagai
alat cadangan jika bilah depan sudah patah. Selain itu,
duri belakang juga dapat
digunakan untuk menusuk
musuh yang berada di
belakang.

#Xiphos: Pedang pendek
Yunani berbilah lurus
bermata ganda. Bagian ujung
bilahnya melebar sehingga
pedang ini cocok dipakai
untuk menebas maupun untuk menusuk. Xiphos merupakan
senjata sekunder pasukan
Sparta dan dipakai jika Dory
telah hilang atau patah.

Foto: Legend  Hoplites Sparta / Petarung Perkasa

Orang Sparta bukanlah
pembuat tembikar, mereka
juga bukan seniman - mereka
tidak melakukan apa pun
selain bertempur. Ketika
seorang anak lelaki Sparta menginjak usia delapan
tahun, dia dilatih hanya
untuk melakukan satu hal,
yaitu membunuh musuhnya. ” —Barry Jacobsen, ahli sejarah Sparta.

Bangsa Sparta adalah adalah
kelompok orang Yunani yang
tinggal di negara kota
Sparta. Pasukan Sparta
terkenal sebagai salah satu
pasukan tempur terhebat di Yunani kuno. Sparta menjadi besar karena
sistem hukumnya yang unik,
dibuat oleh pembuat hukum
yang terkenal bernama
Lykurgos. Dia membagi tanah
di antara orang Sparta, membuat 10.000 bagian lahan,
ini berarti pada masa awalnya,
Sparta memiliki 10.000 tentara
dalam pasukannya.
Hukumnya membuat Sparta
berjaya sejak tahun 750-an SM hingga 450-an SM ketika
hukumnya ditaati secara
ketat.

Setiap aspek dalam
masyarakat Sparta diarahkan
untuk membentuk tentara
yang sempurna. Setiap bayi
yang lahir akan diperiksa,
dan jika menampakkan kekurangan, kelainan, atau
penyakit, maka sang bayi akan
langsung dibuang. Dalam
masa pertumbuhannya, para
lelaki Sparta menjalani
pelatihan yang amat keras dan brutal, disebut Agoge, yang
bahkan dipercaya sebagai
pelatihan terkeras yang
pernah dilakukan. Akibat
pelatihan keras itu, ketika
dewasa, para lelaki Sparta menjadi para prajurit yang
sangat tangguh. Bahkan para
wanita Sparta juga
diharuskan untuk melatih
kemampuan fisik mereka, baik
untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi proses
melahirkan maupun untuk
bertugas sebagai garis
pertahanan terakhir di Sparta
dalam menghadapi invasi
musuh.

Anak lelaki menjalani Agoge
sejak usia 7 tahun. Pada usia
18 tahun, mereka bertugas
melatih para anak baru yang
memasuki Agoge. Mereka
dimasukkan ke dalam pasukan Sparta pada usia 20
tahun dan diharuskan tinggal
di barak. Ketika berusia 30
tahun, mereka diizinkan
tinggal di rumahnya sendiri.
Pada usia 60 tahun, mereka diperbolehkan pensiun dan
menjadi pasukan cadangan
yang potensial. Sulit untuk menjadi warga
negara Sparta. Untuk dapat
menjadi warga Sparta,
seorang lelaki harus memiliki
kedua orang tua yang juga
merupakan warga Sparta, meskipun ada pula
pengecualian untuk peraturan
ini. Selain itu, persyaratan
lainnya adalah harus
menyelesaikan Agoge. Setelah
itu, seorang pria Sparta dapat memasuki Syssitia, yang
merupakan kelompok yang
terdiri atas 20 pria Sparta.
Untuk dapat masuk, seorang
pria harus memperoleh
persetujuan dari semua anggota Syssitia. Pernyataan
tidak setuju, meskipun hanya
dari satu orang anggota saja,
dapat mencegah seseorang
masuk dan dengan demikian
mencegahnya menjadi warga Sparta. Setelah berhasil
masuk, para anggotanya
diharuskan memberikan
sejumlah hasil panen dari
tanahnya ke Syssitia untuk
makan. Jika tidak dilakukan, maka status warga negaranya
dapat dicabut. Tanah biasanya
diwariskan kepada anak
pertama, sehingga anak
selanjutnya biasanya tidak
dapat menjadi warga negara.

Pasukan Sparta diatur
menjadi sejumlah resimen
yang disebut Mora, yang
berisi sekitar 600 tentara.
Masing-masing Mora memiliki
emblem tersendiri yang unik pada perisainya. Salah satu
simbol yang terkenal dipakai
oleh pasukan Sparta pada
perisainya adalah simbol
Lambda (Λ). Pasukan Sparta memakan
sedikit kaldu sehingga
mereka bisa melatih tubuh
mereka untuk bertahan hidup
dengan sedikit makanan, yang
juga berarti bahwa pasukan hanya membutuhkan sedikit
sumber daya. Hoplites merupakan unit
infanteri berat di Yunani
kuno, dan di Sparta, semua
warga negara prianya
bertempur sebagai Hoplites.

Perlindungan

Sebagian tentara Sparta
memakai zirah yang disebut
linothorax, yang dibuat dari
kain linen dan kulit.
Sebagian lainnya mengenakan
zirah yang lebih kuat, namun lebih mahal dan berat, yang
dibuat dari perunggu,
biasanya bagian depannya
dibentuk menjadi mirip otot
dada dan perut pria yang
ideal, sehingga zirah ini disebut kuiras otot. Semua
tentara Sparta memakai helm
perunggu yang disebut helm
Korinthos. Helm ini menutupi
sebagian besar kepala dengan
hanya menyisakan bukaan pada bagian mata dan bagian
tengah mulut. Helm ini juga
melindungi bagian belakang
leher. Di bagian atasnya,
dipasangi bulu-bulu untuk
menakuti musuh. Karena bentuknya yang menutupi
kepala, helm ini memberikan
perlindungan yang besar
namun sangat mengurangi
tingkat penglihatan dan
pendengaran dalam pertempuran. Pelindung
lainnya yang dipakai oleh
pasukan Sparta adalah grev
atau pelindung kaki, yaitu
sepasang lempengan perunggu
untuk menutupi betis dan lutut. Pasukan Sparta membawa
perisai bundar besar yang
disebut Aspis atau Hoplon.
Perisai ini dibuat dari
beberapa lapis kayu yang
dilapisi perunggu, dengan lapisan kulit di antara kedua
bahan tersebut untuk
menyerap tekanan. Aspis
dilengkapi penahan lengan
pada bagian tengahnya dan
tali pegangan pada bagian ujung kanannya. Bagian
luarnya biasanya dihiasi oleh
beragam simbol dan gambar.
Aspis merupakan alat
serbaguna. Karena ukurannya
yang besar, Aspis sangat efektif untuk melindungi
badan dari serangan senjata
musuh. Selain itu, karena
beratnya, Aspis juga dapat
digunakan sebagai senjata
yang cukup efektif untuk menghantam musuh. Aspis
dapat pula digunakan untuk
mengangkut mayat prajurit
yang telah gugur, sehingga
muncul suatu pepatah di
Sparta, yaitu "Pulanglah dengan membawa perisaimu
atau dengan berada di
atasnya". Kalimat ini biasanya
diucapkan oleh para istri
yang akan ditinggalkan
suaminya ke medan perang.

Persenjataan

Berikut ini adalah
persenjataan yang dibawa
oleh Hoplites Sparta:

#Dory: Tombak Yunani dengan
gagang kayu sepanjang 2,4
meter yang merupakan senjata
utama pasukan Sparta. Pada
ujung depannya, terdapat
bilah tajam dari logam (Aikhme), dan pada bagian
belakangnya terdapat duri
logam tajam (Sauroter). Duri
belakang itu berguna sebagai
penyeimbang sekaligus sebagai
alat cadangan jika bilah depan sudah patah. Selain itu,
duri belakang juga dapat
digunakan untuk menusuk
musuh yang berada di
belakang. 

#Xiphos: Pedang pendek
Yunani berbilah lurus
bermata ganda. Bagian ujung
bilahnya melebar sehingga
pedang ini cocok dipakai
untuk menebas maupun untuk menusuk. Xiphos merupakan
senjata sekunder pasukan
Sparta dan dipakai jika Dory
telah hilang atau patah.

-Arsmith7-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar