29 November 2012

CAIN AND ABEL (kisah pembunuhan pertama di dunia)


Kain/Qabil dan AbelHabil adalah anak pertama, dan kedua dari pasangan pertama Adam dan Hawa, yang dilahirkan setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa (satu-satunya anak Adam dan Hawa yang la
in yang disebut dalam Alkitab adalah Set (nabi syits)). Cerita mereka dikisahkan dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, yaitu dalam Kitab Kejadian pasal 4 dan dalam Al-Qur'an dalam Surah 5:27-32. Kitab Kejadian memberikan tekanan pada pekerjaan kedua saudara ini; Habel menggembalakan ternak, sementara Kain seorang petani.

Kitab Kejadian (4:1-17) memberikan gambaran singkat tentang kedua saudara ini. Dikatakan bahwa Kain adalah seorang petani yang mengolah tanahnya, sementara adiknya Habel adalah seorang gembala. Suatu hari mereka mempersembahkan kurban kepada Allah. Kain mempersembahkan buah-buahan dan gandum dan padi, sementara Habel mempersembahkan domba yang gemuk, anak domba, atau susu, seperti yang dikatakan oleh Yosefus dari hasil pertama ternaknya. Karena Allah tidak mau menerima apapun yg tumbuh dari bumi maka Allah tidak menerima persembahan kain, Allah menerima kurban Habel,
Tapi menurut Al-Quran dinyatakan bahwa Kain memberikan kurban yang tidak layak.Dia memberi tanaman dan buah-buahan yang busuk,sehingga Allah tidak menerimanya.
Ada juga yang menyebutkan saat itu Allah menginginkan persembahan yang paling berharga, Habel mempersembahkan dombanya yang paling bagus dan dicintainya. sedangkan Cain yang sangat mencintai adiknya akhirnya mengorbankan nyawa adiknya.
maka diajaklah Habel jauh dari tempat kediaman Adam di hutan, disana Cain mengambil sebongkah batu besar dan memukul kepala habel dengan keras hingga meninggal.

Cain sangat kebingungan setelah membunuh adiknya, karena tidak tahu apa yang harus diperbuat. Menurut al-Qur'an, Kainlah yang memakamkan Habel, dan ia didorong untuk melakukan hal itu oleh seseorang gagak yang mengais-ngais tanah, berdasarkan perintah Allah. Al-Qur'an menyatakan bahwa ketika melihat gagak itu, Kain menyesali tindakannya [al-Ma'idah:27-31].

Cerita ini berlanjut dengan Allah yang mendekati Kain dan menanyakan di mana Habel berada. Jawaban Kain yang kemudian menjadi ucapan yang sangat terkenal ialah, " Apakah aku penjaga adikku?"

Allah melihat bahwa Kain mencoba menipu, karena "Darah [Habel] adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah". Allah mengutuk Kain untuk mengembara di muka bumi.

Kain ketakutan bahwa ia akan dibunuh makhluk lain di muka bumi dan dalam rasa takutnya itu ia memohon kepada Allah, dan karena itu Allah mmberikan kepadanya tanda pada wajah Kain sehingga ia tidak akan dibunuh, sambil berkata bahwa "barangsiapa yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat." Lalu Kain pergi, "ke negeri pengembaraan". untuk mengembara selama lamanya.

Maka dimulailah kisah pengembaraan Cain melintasi ruang dan waktu. Mula-mula dia terdampar di negeri kaum Nod. Dari seorang budak yang bekerja mengolah lumpur, akhirnya dia menjadi lelaki simpanan Lilith, ratu penguasa negeri Nod. Cain dan Lilith menghabiskan malam demi malam dalam kenikmatan berahi. Karena dikutuk untuk mengembara, meskipun kehidupannya di Nod menyenangkan, Cain harus kembali melanjutkan perjalanannya melintasi ruang waktu. Satu per satu figur penting dalam Alkitab ditemui Cain dalam pengembaraannya. Peristiwa demi peristiwa besar yang tercatat dalam Alkitab dialami dan disaksikan oleh Cain.

Cain menyaksikan ketika Abraham hendak menyembelih anaknya, Ismail, kemudian mencegah penyembelihan itu dan menyelamatkan Ismail, karena malaikat yang sedianya hendak menukar Ismail dengan seekor lembu, datang terlambat.

Dia menyaksikan runtuhnya benteng kota Jericho oleh pasukan yang dipimpin oleh Joshua.

Dia menyaksikan ketika Tuhan menghancurleburkan Menara Babel dengan halilintar dari langit.

Dia berdebat dengan Tuhan ketika Tuhan hendak menghancurkan kota Sodom.

Cain juga berjumpa dengan Luth, Ayub, sampai akhirnya Cain bertemu dengan Nuh yang tengah membuat bahtera untuk persiapan datangnya banjir besar, kemudian Cain ikut menumpang bahtera tersebut sewaktu banjir besar benar-benar datang. Dan sejarah pun diubrak-abrik oleh putra Adam tersebut.

Cain merupakan personifikasi dari Setan, lengkap dengan kebenciannya terhadap Tuhan dan selalu mencari jalan untuk mendebat Tuhan dan menggagalkan rencana Tuhan. Puncaknya adalah, ketika Nuh dan keluarganya, sebagai sisa-sisa terakhir manusia bumi yang diselamatkan dari banjir besar, yang digadang-gadang oleh Tuhan akan menjadi cikal-bakal kehidupan manusia yang baru di bumi, dibunuh satu per satu oleh Cain dengan diceburkan ke dalam laut. Terakhir, lewat sebuah perdebatan teologis, Nuh akhirnya menceburkan dirinya sendiri ke laut. Dan ketika bumi sudah dikeringkan dan bahtera mendarat, ketika Tuhan memanggil-manggil Nuh untuk keluar dari bahtera, untuk melanjutkan nasib manusia di muka bumi, yang keluar adalah Cain.

Meskipun berbagai variasi dari tradisi ini kuat di abad pertengahan, dengan sejumlah laporan bahwa beberapa orang mengklaim “melihat” Kain, semuanya itu umumnya ditolak. Namun demikian, tema Kain yang Mengembara muncul dalam folklor Mormon (tetapi tidak di kitab sucinya). Klaim terakhir yang diketahui tentang orang yang mengaku “melihat” Kain tampaknya adalah di Amerika Serikat pada tahun 1868, ketika ia dilaporkan mengunjungi seorang Mormon bernama O'Grady (lihat Desert News, 23 September 1868). Sebelumnya pada 1836, seorang Mormon perdana yang lainnya—David W. Patten—mengklaim telah berjumpa dengan seorang yang sangat tinggi di Tennessee yang mengatakan bahwa ia adalah Kain. Patten mengklaim bahwa Kain telah memohon dengan sungguh-sungguh agar ia mati namun permohonannya itu ditolak, dan bahwa misinya adalah menghancurkan jiwa-jiwa manusia. Cerita Patten dikutip dalam kisah Spencer W. Kimball, The Miracle of Forgiveness (Mukjizat Pengampunan), yang populer di antara orang-orang Mormon.

Meskipun keyakinan-keyakinan yang belakangan ini tentang pengembaraan kekal, menurut Kitab Tahun-tahun Yobel (ps. 4) Kain menetap, menikahi saudara perempuannya, Awan, memperoleh anak laki-lakinya yang pertama, Henokh (dianggap orang yang berbeda dengan Henokh yang lebih terkenal), sekitar 196 tahun setelah penciptaan Adam. Kain kemudian mendirikan kota yang pertama, menamainya sesuai dengan nama anaknya, membangun rumah, dan tinggal di sana hingga rumah itu rubuh menimpanya, membunuhnya pada tahun yang sama dengan kematian Adam.

Sebuah legenda abad pertengahan pernah mengatakan bahwa pada akhirnya Kain tiba di Bulan dan di sana ia menetap selama-lamanya dengan setumpukan ranting-ranting kayu di punggungnya. Ini berasal dari fantasi popular yang menafsirkan bayang-bayang di wajah Bulan. Sebuah contoh tentang keyakinan ini terdapat dalam karangan Dante Alighieri, Inferno (XX, 126); di sini ungkapan "Kain dan ranting-ranting" digunakan sebagai sinonim untuk "bulan".

Foto: CAIN AND ABEL (kisah pembunuhan pertama di dunia)

Kain/Qabil dan AbelHabil adalah anak pertama, dan kedua dari pasangan pertama Adam dan Hawa, yang dilahirkan setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa (satu-satunya anak Adam dan Hawa yang lain yang disebut dalam Alkitab adalah Set (nabi syits)). Cerita mereka dikisahkan dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, yaitu dalam Kitab Kejadian pasal 4 dan dalam Al-Qur'an dalam Surah 5:27-32. Kitab Kejadian memberikan tekanan pada pekerjaan kedua saudara ini; Habel menggembalakan ternak, sementara Kain seorang petani.

Kitab Kejadian (4:1-17) memberikan gambaran singkat tentang kedua saudara ini. Dikatakan bahwa Kain adalah seorang petani yang mengolah tanahnya, sementara adiknya Habel adalah seorang gembala. Suatu hari mereka mempersembahkan kurban kepada Allah. Kain mempersembahkan buah-buahan dan gandum dan padi, sementara Habel mempersembahkan domba yang gemuk, anak domba, atau susu, seperti yang dikatakan oleh Yosefus dari hasil pertama ternaknya. Karena Allah tidak mau menerima apapun yg tumbuh dari bumi maka Allah tidak menerima persembahan kain, Allah menerima kurban Habel, 
Tapi menurut Al-Quran dinyatakan bahwa Kain memberikan kurban yang tidak layak.Dia memberi tanaman dan buah-buahan yang busuk,sehingga Allah tidak menerimanya. 
Ada juga yang menyebutkan saat itu Allah menginginkan persembahan yang paling berharga, Habel mempersembahkan dombanya yang paling bagus dan dicintainya. sedangkan Cain yang sangat mencintai adiknya akhirnya mengorbankan nyawa adiknya.
maka diajaklah Habel jauh dari tempat kediaman Adam di hutan, disana Cain mengambil sebongkah batu besar dan memukul kepala habel dengan keras hingga meninggal. 

Cain sangat kebingungan setelah membunuh adiknya, karena tidak tahu apa yang harus diperbuat. Menurut al-Qur'an, Kainlah yang memakamkan Habel, dan ia didorong untuk melakukan hal itu oleh seseorang gagak yang mengais-ngais tanah, berdasarkan perintah Allah. Al-Qur'an menyatakan bahwa ketika melihat gagak itu, Kain menyesali tindakannya [al-Ma'idah:27-31].

Cerita ini berlanjut dengan Allah yang mendekati Kain dan menanyakan di mana Habel berada. Jawaban Kain yang kemudian menjadi ucapan yang sangat terkenal ialah, " Apakah aku penjaga adikku?"

Allah melihat bahwa Kain mencoba menipu, karena "Darah [Habel] adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah". Allah mengutuk Kain untuk mengembara di muka bumi. 

Kain ketakutan bahwa ia akan dibunuh makhluk lain di muka bumi dan dalam rasa takutnya itu ia memohon kepada Allah, dan karena itu Allah mmberikan kepadanya tanda pada wajah Kain sehingga ia tidak akan dibunuh, sambil berkata bahwa "barangsiapa yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat." Lalu Kain pergi, "ke negeri pengembaraan". untuk mengembara selama lamanya.

Maka dimulailah kisah pengembaraan Cain melintasi ruang dan waktu. Mula-mula dia terdampar di negeri kaum Nod. Dari seorang budak yang bekerja mengolah lumpur, akhirnya dia menjadi lelaki simpanan Lilith, ratu penguasa negeri Nod. Cain dan Lilith menghabiskan malam demi malam dalam kenikmatan berahi. Karena dikutuk untuk mengembara, meskipun kehidupannya di Nod menyenangkan, Cain harus kembali melanjutkan perjalanannya melintasi ruang waktu. Satu per satu figur penting dalam Alkitab ditemui Cain dalam pengembaraannya. Peristiwa demi peristiwa besar yang tercatat dalam Alkitab dialami dan disaksikan oleh Cain.

Cain menyaksikan ketika Abraham hendak menyembelih anaknya, Ismail, kemudian mencegah penyembelihan itu dan menyelamatkan Ismail, karena malaikat yang sedianya hendak menukar Ismail dengan seekor lembu, datang terlambat. 

Dia menyaksikan runtuhnya benteng kota Jericho oleh pasukan yang dipimpin oleh Joshua. 

Dia menyaksikan ketika Tuhan menghancurleburkan Menara Babel dengan halilintar dari langit. 

Dia berdebat dengan Tuhan ketika Tuhan hendak menghancurkan kota Sodom. 

Cain juga berjumpa dengan Luth, Ayub, sampai akhirnya Cain bertemu dengan Nuh yang tengah membuat bahtera untuk persiapan datangnya banjir besar, kemudian Cain ikut menumpang bahtera tersebut sewaktu banjir besar benar-benar datang. Dan sejarah pun diubrak-abrik oleh putra Adam tersebut.

Cain merupakan personifikasi dari Setan, lengkap dengan kebenciannya terhadap Tuhan dan selalu mencari jalan untuk mendebat Tuhan dan menggagalkan rencana Tuhan. Puncaknya adalah, ketika Nuh dan keluarganya, sebagai sisa-sisa terakhir manusia bumi yang diselamatkan dari banjir besar, yang digadang-gadang oleh Tuhan akan menjadi cikal-bakal kehidupan manusia yang baru di bumi, dibunuh satu per satu oleh Cain dengan diceburkan ke dalam laut. Terakhir, lewat sebuah perdebatan teologis, Nuh akhirnya menceburkan dirinya sendiri ke laut. Dan ketika bumi sudah dikeringkan dan bahtera mendarat, ketika Tuhan memanggil-manggil Nuh untuk keluar dari bahtera, untuk melanjutkan nasib manusia di muka bumi, yang keluar adalah Cain.

Meskipun berbagai variasi dari tradisi ini kuat di abad pertengahan, dengan sejumlah laporan bahwa beberapa orang mengklaim “melihat” Kain, semuanya itu umumnya ditolak. Namun demikian, tema Kain yang Mengembara muncul dalam folklor Mormon (tetapi tidak di kitab sucinya). Klaim terakhir yang diketahui tentang orang yang mengaku “melihat” Kain tampaknya adalah di Amerika Serikat pada tahun 1868, ketika ia dilaporkan mengunjungi seorang Mormon bernama O'Grady (lihat Desert News, 23 September 1868). Sebelumnya pada 1836, seorang Mormon perdana yang lainnya—David W. Patten—mengklaim telah berjumpa dengan seorang yang sangat tinggi di Tennessee yang mengatakan bahwa ia adalah Kain. Patten mengklaim bahwa Kain telah memohon dengan sungguh-sungguh agar ia mati namun permohonannya itu ditolak, dan bahwa misinya adalah menghancurkan jiwa-jiwa manusia. Cerita Patten dikutip dalam kisah Spencer W. Kimball, The Miracle of Forgiveness (Mukjizat Pengampunan), yang populer di antara orang-orang Mormon.

Meskipun keyakinan-keyakinan yang belakangan ini tentang pengembaraan kekal, menurut Kitab Tahun-tahun Yobel (ps. 4) Kain menetap, menikahi saudara perempuannya, Awan, memperoleh anak laki-lakinya yang pertama, Henokh (dianggap orang yang berbeda dengan Henokh yang lebih terkenal), sekitar 196 tahun setelah penciptaan Adam. Kain kemudian mendirikan kota yang pertama, menamainya sesuai dengan nama anaknya, membangun rumah, dan tinggal di sana hingga rumah itu rubuh menimpanya, membunuhnya pada tahun yang sama dengan kematian Adam.

Sebuah legenda abad pertengahan pernah mengatakan bahwa pada akhirnya Kain tiba di Bulan dan di sana ia menetap selama-lamanya dengan setumpukan ranting-ranting kayu di punggungnya. Ini berasal dari fantasi popular yang menafsirkan bayang-bayang di wajah Bulan. Sebuah contoh tentang keyakinan ini terdapat dalam karangan Dante Alighieri, Inferno (XX, 126); di sini ungkapan "Kain dan ranting-ranting" digunakan sebagai sinonim untuk "bulan".

@ridhohakim23

2 komentar:

  1. Abis nonton film "he never died" jadi penasaran sama kain. Terima kasih infonya & wassalam.

    BalasHapus
  2. keren mba, artikelnya. gara gara film NOAH jadi tertarik dengan cerita cain and abel

    BalasHapus